Cirebon - Namanya Hasan (42) seorang penjual jajan tradisional berupa kembang tahu, siang itu, bersama dengan motor matic yang sudah dipasangi gerobak, Hasan tampak sedang berhenti untuk menunggu pembeli yang datang.
Hasan sendiri sudah puluhan tahun berjualan kembang tahu. Ia mengatakan, bahwa dirinya sudah mulai berjualan sejak usianya masih sangat belia.
Alasan Hasan lebih memilih berjualan kembang tahu adalah karena di desanya, yakni Desa Sedong, Kecamatan Sedong, Kabupaten Cirebon banyak tetangganya yang berjualan kembang tahu, tergiur dengan potensi pendapatan dari berjualan kembang tahu, akhirnya pada tahun 1997, Hasan memutuskan untuk merantau dan berjualan kembang tahu di Jakarta.
“Saya jualan dari tahun 1997, pas itu masih umur 14 tahun, alasan jualan ini yah karena mayoritas di desanya banyak yang jualan kembang gula, tapi kebanyakan jualannya tuh di Jakarta, awalnya jualan keliling dipikul, terus pakai gerobak, sekarang baru pakai motor, ” tutur Hasan, Selasa (6/5/2025).
Namun, setelah 20 tahun lebih berjualan di Jakarta, akibat pandemi COVID 19, pendapatan Hasan dari berjualan kembang tahu menurun drastis, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari Hasan selama di Jakarta.
Hal ini lah yang membuat Hasan berhenti merantau dan memutuskan untuk berjualan kembang tahu di Cirebon.
“Pandemi gelombang pertama masih bisa bertahan, tapi pas pandemi gelombang ketua itu nggak bisa bertahan, pemasukan menurun, sampai nggak bisa bayar kontrakan, akhirnya pulang ke Cirebon. Sudah 4 tahun jualan di Cirebon,” tutur Hasan.
Hasan mengatakan, kembang tahu sendiri asalnya adalah makanan khas Cina, namun, di Cirebon makanan tersebut diberi tambahan kuah berupa air jahe yang dibuat dengan campuran gula. Menurut Hasan, kembang tahu bisa disajikan dalam kondisi hangat maupun dingin, selain itu juga bisa ditambahkan topping seperti kacang atau roti sesuai selera.
“Rasa paling kuat itu dari kuah jahenya yang segar, buatnya jangan sampai terlalu manis atau kurang manis, harus pas. Karena kalau kembang tahunya saja mungkin rasanya hambar,” tutur Hasan.
Hasan memaparkan, kembang tahu sendiri dibuat dari kacang kedelai yang digiling, lalu diperas untuk diambil saripatinya. Setelah terkumpul, saripati tahu didiamkan selama beberapa menit sampai bentuknya sedikit mengeras.
“Kalau tahu pada umumnya kan dicetak, nah kalau kembang tahu nggak, tahu yang hancur terus didiamkan, asalnya dari kedelai yang diendapkan sampai 10 menit sampai jadi biang tahu terus masukin ke sini,” tutur Hasan.
Menurut Hasan, kembang tahu merupakan jajanan tradisional yang sehat karena tidak menggunakan bahan pengawet. Untuk penyajiannya kembang tahu disajikan dalam sebuah mangkuk lalu diguyur dengan air jahe hangat. Perpaduan rasa kembang tahu yang lembut ditambah rasa jahe yang pedas menciptakan sensasi rasa kembang tahu yang sedap dan hangat di mulut.
Dengan harga Rp 5.000, dalam sehari, paling banyak Hasan bisa menjual 100 porsi kembang tahu dengan omzet mencapai Rp 500.000. Menurut Hasan, pendapatnya dari berjualan kembang cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari.
“Jualan mulai dari jam 07.00 WIB pulang sampai jam 14.00 WIB. Masih banyak peminatnya, alhamdulillah cukup untuk kebutuhan sehari-hari, ” pungkas Hasan.